Manajemen Piutang
Piutang timbul akibat perusahaan menjual barangnya secara kredit. Kredit perdagangan akan menimbulkan pos aktiva piutang dagang (account receivable). Makin panjang jangka waktu pembayaran piutang atau lebih lama dari periode normal akan menaikkan jangka waktu penagihan, dan akibatnya adalah makin besarnya jumlah investasi dalam piutang dagang. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya manajemen piutang dan kebijaksanaan penagihannya.

Untuk dapat menilai resiko kredit, manajer keuangan atau manajer kredit mempertimbangkan berdasarkan prinsip 5C kredit, yaitu karakter (character), kemampuan (capacity), modal (capital), jaminan (collateral), dan kondisi (conditions).
Persyaratan kredit mencantumkan jangka waktu kredit dan jumlah potongan bila dibayar lebih awal, misalnya kepada pelanggan diberikan persyaratan "2/30 net 30" artinya akan diberikan potongan 2% apabila pelanggan dapat melunasi dalam waktu 10 hari, dan bila tidak memanfaatkan potongan tersebut seluruh tagihan harus dilunasi dalam waktu 30 hari. Jika dalam persyaratan dalam persyaratan hanya menyebutkan “net 60” berarti tidak ada potongan dan piutang harus dibayar dalam waktu 60 hari.
Jangka waktu kredit, perubahan jangka waktu kredit dan menaikkan penjualan tetapi investasi dalam piutang juga akan meningkat. Oleh karena itu manajer kredit perlu menentukan jangka waktu kredit optimum, yaitu titik dimana laba marginal karena kenaikan penjualan sama dengan biaya karena menaiknya piutang. peranan manajer kredit adalah meningkatkan penjualan yang menguntungkan agar nilai perusahaan naik dengan cara memberikan kredit kepada pelanggan secara layak.
CONTOH SOAL
PT Subur Makmur untuk tahun 1999 yang lalu berhasil menjual hasil produksi sebesar 45.000 unit dengan harga jual Rp. 9.000 per unit. Average cost pada penjualan tersebut Rp. 8.000 per unit. Variable cost Rp. 6.500 per unit. Tahun 2000 yang akan datang perusahaan merencanakan untuk menaikkan penjualan hingga menjadi 50.000 unit per tahun, oleh karena itu kebijakan kredit diubah dari 40 hair menjadi 72 hari. Biaya piutang ragu-ragu dari 1% menjadi 3% dan return on investment yang diharapkan sebesar 20%.
Ditanyakan :
1. Hitunglah besarnya fixed cost
2. Tambahan profit
3. Cost of marginal investment
4. Cost of marginal bad debt
5. Penilaian kebijakan perusahaan tersebut (mengubah kebijakan kredit)
Penyelesaian :
1. Total cost 45.000 x Rp. 8.000 Rp. 360.000.000
Variable cost 45.000 x Rp. 6.500 Rp. 292.500.000
Fixed cost Rp. 67.500.000
2. Penjualan 1999 Rp. 405.000.000
Variable cost Rp. 292.500.000 -
Marginal income Rp. 112.500.000
Fixed cost Rp. 67.500.000 -
Profit Rp. 45.000.000
Penjualan 2000 Rp. 450.000.000
Variable cost Rp. 325.000.000 -
Marginal income Rp. 125.000.000
Fixed cost Rp. 67.500.000 -
Profit Rp. 57.500.000
Tambahan profit = Rp. 57.500.000 - Rp. 45.000.000 = Rp. 12.500.000
3. Receivable turn over 1999 = 360/40 = 9 kali
Total cost tahun 1999 Rp. 292.500.000 + 67.500.000 = Rp. 360.000.000
Average investment 1999 = 360.000.000/9 = Rp. 40.000.000
Receivable turn over 2000 = 360/72 = 5 kali
Total cost tahun 2000 Rp. 325.000.000 + 67.500.000 = Rp. 392.500.000
Average investment 1999 = 392.500.000/5 = Rp. 78.500.000
Average investment 2000 Rp. 78.500.000
Average investment 1999 Rp. 40.000.000 -
Marginal investment Rp. 38.500.000
Cost of marginal investment = 200% x Rp. 38.500.000 = Rp. 7.700.000
4. Cost of bad debt 2000 (0,03 x Rp. 450.000.000) = Rp. 13.500.000
Cost of bad debt 1999 (0,01 x Rp. 405.000.000) = Rp. 4.050.000
Cost of marginal bad debt = Rp. 9.450.000
Cost of marginal investment Rp. 7.700.000
Cost of marginal bad debt Rp. 9.450.000 +
Total cost Rp. 17.150.000
5. Akibatnya terhadap rencana
Oleh karena tambahan profit yang diperoleh Rp. 12.500.000 lebih kecil dari total cost Rp. 17.150.000, maka rencana perubahan kebijakan kredit tersebut ditolak (rugi).
Post a Comment